salah satu faktor kegagalan dalam budidaya tanaman,khususnya tanaman cabe adalah pengendalian hama yang kurang efektif.dibutuhkan kesabaran dan kejelian dalam menghadapi hama yang sudah kebal terhadap pestisida,salah satu hama yang susah dikendalikan adalah kutu kebul.helai daun yang terserang hama ini akan mengalami vein clearing mulai dari daun pucuk berkembang menjadi warna kuning yang jelas, tulang daun menebal dan daun menggulung ke atas (cupping). Infeksi lanjut mengakibatkan daun mengecil dan berwarna kuning terang tanaman kerdil dan tidak berubah.
Kutu kebul menghasilkan ekskresi berupa madu yang merupakan media yang baik untuk pertumbuhan embun jelaga yang berwarna hitam (Cladosporium sp. dan Alternaria sp.) menyebabkan proses fotosintesis tidak berjalan dengan normal.
Imago betina kutu kebul menghasilkan embun jelaga yang lebih banyak selama siklus hidupmereka (Sanderson, 2007). Proses makan imago dan nimfa kutu kebul sangat berbahaya pada tanaman karena dapat bertindak sebagai vektor virus.
Kutu kebul menularkan virus gemini secara persisten yaitu sekali makan pada tanaman yang mengandung virus, selamanya sampai mati dapat ditularkan.
Tersedianya tanaman inang, baik tanaman utama maupun tanaman liar sepanjang tahun akan sangat berpengaruh terhadap peningkatan populasi kutu kebul, khususnya pada bulan-bulan dengan kelembaban lingkungan yang rendah.
Sejumlah tanaman inang alternatif dapat saja menjadi faktor pendukung terjadinya ledakan populasi, terutama apabila faktor iklimnya juga sesuai dengan kebutuhan reproduksi hama ini.
Pengendalian kutu kebul secara tepat dapat mengurangi risiko gagal panen. Tetapi, ada beberapa aktivitas yang justru semakin meningkatkan populasi hama ini, antara lain: penanaman terus-menerus, keterlambatan waktu tanam, dan penggunaan insektisida kimia yang kurang rasional.
Penggunaan pestisida yang tidak bijaksana bisa berujung pada resistensi hama satu ini. Bisa jadi petani menggunakan pestisida dengan dosis yang terlalu sedikit atau terlalu banyak, waktu aplikasi yang sembarangan, jenisnya yang tidak tepat, penggunaan yang berlebihan dalam waktu yang lama, dll.
Petani sebagian besar masih sangat tergtantung pada penggunaan pestisida kimia sintetik dalam usaha pengendalian hama. Mereka masih mengikuti paradigma perlindungan tanaman konvensional, preventif dan prinsip asuransi yang cenderung berlebihan.
Kalau kutu kebul sudah resisten pada penggunaan pestisida tertentu, maka diperlukan pengendalian hama yang terpadu (PHT).
Berikut beberapa hal yang perlu dilakukan jika kutu kebul sudah resisten:
Musuh alami kutu kebul terbagi dua, yaitu predator dan parasitoid. Predator merupakan hewan yang diketahui memangsa kutu kebul sebagai makannnya, seperti laba-laba. Sedangkan parasitoid adalah organisme yang mampu menyuntikkan telurnya ke dalam tubuh Bemisia tabaci, tawon Eretmocerus sp misalnya.
Tanaman refugia adalah cara yang paling efektif untuk mengundang musuh alami kutu kebul. Tanaman refugia terbukti bisa dijadikan tempat berlindung dan bereproduksi beberapa jenis musuh alami.
3. Gunakan agensia hayati.
Agensia hayati adalah petogen penyakit yang bisa menyerang kutu kebul hingga mati. Agensia hayati yang sering digunakan adalah cendawan dari genus Aschersonia dan Verticillium. Selain itu, jamur Beauveria bassiana juga dapat digunakan untuk mengendalikan hama ini.
Cara selanjutnya yang mudah dilakukan petani adalah dengan melakukan rotasi tanaman. Rotasi tanaman terbukti efektif untuk menekan jumlah populasi kutu kebul, bahkan yang sudah resisten sekalipun.
Penggunaan pestisida dengan 6 tepat termasuk salah satu unsur dalam pengendalian hama terpadu. 6 tepat yang dimaksud adalah tepat sasaran, tepat mutu, tepat jenis, tepat waktu, tepat dosis, dan tepat cara penggunaan.
6. Lakukan rotasi pestisida.
Untuk mengendalikan hama, selain melakukan rotasi tanaman, ternyata rotasi pestisida juga perlu dilakukan. Logikanya, dengan melakukan pengendalian kutu kebul dengan satu jenis pestisida dalam waktu yang lama akan membuat kutu kebul lama-kelamaan terbiasa karena kemampuan adaptasinya.
Dengan rotasi pestisida, niscaya kutu kebul tidak akan bisa beradaptasi dengan baik.
Misalnya, jika biasanya petani menggunakan pestisida berbahan aktif abamektin, periode berikutnya, petani dianjurkan menggunakan pestisida berbahan aktif acetamiprid atau carbosulfan, buprofezin atau diafenthiuron dan lain-lain.